Islamedia - Figur bakal capres berlatar belakang pensiunan Jenderal yang �bertempur� dalam survei Kelompok Kajian Pembangunan Sosial Politik Indonesia (KKSPI) Universitas Indonesia memotret pertarungan dua pensiunan jenderal angkatan darat yakni Jenderal (Purn) Wiranto dan Letjen (Purn) Prabowo Subianto.
Dalam survei integritas, Wiranto berhasil mengkangkangi Prabowo Subianto dengan mengantongi dukungan 73,8 persen dari 1400 mahasiswa yang menjadi responden. Sementara Prabowo hanya mengantongi 65,8 persen dukungan.
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, yang ikut mengolah data dalam survei tersebut mengatakan, rendahnya skoring Prabowo dalam poling integritas lantaran mayoritas responden menganggap Prabowo bukan capres militer yang bersih.
�Mahasiswa tahu kalau Prabowo ini pernah diberhentikan tidak hormat dari militer, bahkan sering disebut-sebut sebagai salah satu yang bertanggungjawab dalam berbagai pelanggaran HAM masa lalu. Birokrasi dia juga lemah. Itu yang membuat Prabowo terpuruk,� kata Iberamsjah.
Berbeda dengan Wiranto, menurut Iberamsjah, capres dari Partai Hanura itu oleh responden dianggap cukup bersih. Karier militernya pun gemilang.
�Dia juga dikenal negarawan dilihat saat perjalanan reformasi 1998. Dia tidak ambil kesempatan kudeta ketika itu. Jadi tidak terlalu cacatlah. Kalau Prabowo cacat bawaan, susah benar dia. Bahkan ada mahasiswa yang siap melakukan perlawanan jika Prabowo nyapres,� ujarnya.
Ketua KKSPI, Cecep Hidayat, menambahkan pada poin integritas, Wiranto memperoleh nilai tertinggi karena dianggap memiliki kode etik moral, mampu mengatasi konflik kepentingan, mengambil keputusan yang tidak popular, dan memiliki jiwa nasionalisme.
Menanggapi survei itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Fadly Zon, tidak terlalu ambil pusing. Apalagi dia melihat sampel dalam survei tu hanya mengambil kelompok mahasiswa. �Survei itu kan untuk melihat opini publik, tapi kalau cuma kelompok tertentu namanya fokus group discussion itu,� ujarnya.
Fadly Zon menilai, saat ini publik memilih capres sesuai dengan kebutuhannya. Fadly melihat isu pelanggaran HAM yang diarahkan kepada Prabowo hanyalah daur ulang. �Tidak ada juga orang yang mempertanyakan masalah HAM. Lagipula Prabowo tidak ada pelanggaran HAM. Hamburger kali,� ujarnya sambil tertawa. (rmol)
Dalam survei integritas, Wiranto berhasil mengkangkangi Prabowo Subianto dengan mengantongi dukungan 73,8 persen dari 1400 mahasiswa yang menjadi responden. Sementara Prabowo hanya mengantongi 65,8 persen dukungan.
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, yang ikut mengolah data dalam survei tersebut mengatakan, rendahnya skoring Prabowo dalam poling integritas lantaran mayoritas responden menganggap Prabowo bukan capres militer yang bersih.
�Mahasiswa tahu kalau Prabowo ini pernah diberhentikan tidak hormat dari militer, bahkan sering disebut-sebut sebagai salah satu yang bertanggungjawab dalam berbagai pelanggaran HAM masa lalu. Birokrasi dia juga lemah. Itu yang membuat Prabowo terpuruk,� kata Iberamsjah.
Berbeda dengan Wiranto, menurut Iberamsjah, capres dari Partai Hanura itu oleh responden dianggap cukup bersih. Karier militernya pun gemilang.
�Dia juga dikenal negarawan dilihat saat perjalanan reformasi 1998. Dia tidak ambil kesempatan kudeta ketika itu. Jadi tidak terlalu cacatlah. Kalau Prabowo cacat bawaan, susah benar dia. Bahkan ada mahasiswa yang siap melakukan perlawanan jika Prabowo nyapres,� ujarnya.
Ketua KKSPI, Cecep Hidayat, menambahkan pada poin integritas, Wiranto memperoleh nilai tertinggi karena dianggap memiliki kode etik moral, mampu mengatasi konflik kepentingan, mengambil keputusan yang tidak popular, dan memiliki jiwa nasionalisme.
Menanggapi survei itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Fadly Zon, tidak terlalu ambil pusing. Apalagi dia melihat sampel dalam survei tu hanya mengambil kelompok mahasiswa. �Survei itu kan untuk melihat opini publik, tapi kalau cuma kelompok tertentu namanya fokus group discussion itu,� ujarnya.
Fadly Zon menilai, saat ini publik memilih capres sesuai dengan kebutuhannya. Fadly melihat isu pelanggaran HAM yang diarahkan kepada Prabowo hanyalah daur ulang. �Tidak ada juga orang yang mempertanyakan masalah HAM. Lagipula Prabowo tidak ada pelanggaran HAM. Hamburger kali,� ujarnya sambil tertawa. (rmol)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !