Headlines News :
Home » , » Saya dan Ummu Qashim

Saya dan Ummu Qashim

Written By Unknown on Kamis, 14 Februari 2013 | 21.16

Islamedia -Malam itu, seperti biasa, ba'da maghrib saya tidak pulang ke hotel, saya niatkan i'tikaf sekaligus menunggu waktu isya'. Sekalipun jarak hotel dan masjid tidak sampai 5 menit perjalanan, sayang sekali, ke hotel paling makan malam (yang masih bisa dilakukan nanti ba'da isya).

Saya ambil al qur'an dan memulai tilawah. Selembar, dua lembar masih lancar. Masuk ke lembar ke-5 mata mulai kabur, hurufnya tampak naik turun. Ah, istirahat dulu, daripada diterusin jadi salah-salah baca.

Menoleh ke sebelah kanan, saya temukan senyum dari seorang ibu berbadan tinggi besar. Saya balas senyumnya.

"Arabic or english?", sapanya ramah

"English please..." jawab saya malu. sudah beberapa kali saya dapat pertanyaan serupa, dan saya merasa malu karena harus menjawab dengan jawaban yang saya. Saya seorang muslim, tapi tidak bisa bahasa arab, bahasa kitab suci saya.Malah PD dengan bahasa orang lain. Hh.....

"Where are you come from?" lanjutnya

"Indonisi"

"Oh..(percakapan selanjutnya saya terjemahkan ke bahasa indonesia), saya pikir dari negara lain, karena anda tidak memakai putih-putih seperti kebanyakan orang indonesia"

"hehe...saya memakai apa yang biasa saya pakai di indonesia. Ibu dari mana?"

"Mesir"

"Mesir, subnallah....Saya sedikit tahu tentang Mesir, termasuk tentang presiden Ibu , Mursi", saya coba memperpanjang obrolan, lumayan mengusir kantuk.

"MasyaAllah, kamu tahu Mursi? Saya sangat mencintai Mursi. Kami di Mesir sangat mencintainya. Beliau pemimpin yang bagus (sambil nunjukkin 2 jempolnya)"

"Jadi, Ibu ini ikhawanul muslimin?", langsung tembak

"MasyaAllah, kamu juga ikhwanul musliminkah?"

saya bingung...antara anggukan dan gelengan, tapi lebih banyak anggukannya.

"Apa nama gerakan ikhawanul muslimin di indonesia?"

"hm....apa ya.....hizbul adalah saya jawab (saya jujur bingung membahasa inggriskan atau membahasa arabkan kata sejahtera)

"Subhanalloh, alhamdulillah, allohu akbar..." , serta merta dipeluknya saya, diciumnya saya berulang kali. Saya megap2, mengingat badannya yang 3x ukuran saya. Saya seperti anak kecil di hadapannya. Tapi melihat air mata di ujung matanya, saya pun ikut menangis.inikah yang disebut ukhuwah? Dua orang beda bangsa, yang sebelumnya tidak saling mengenal, hanya dalam hitungan menit, seperti seorang ibu dan anak.

Obrolan selanjutnya tentang keluarga, tentang aktivitas sehari-hari, saling memperlihatkan foto anak. Dan saya takjub, ternyata anak beliau sudah seumur saya, tapi beliau masih energik dan terlihat muda.

Obrolan kami terputus oleh suara adzan isya. Dan kembali kami tenggelam dengan munajat masing-masing.

Di ujung pertemuan setelah isya, ummu qashim menyerahkan Al Qur'annya ke saya

"Saya mencintaimu karena Allah, ini hadiah dari saya, semoga kamu mau mengingat saya"

Ya Allah....air mata saya bercucuran, saya keduluan mengungkapkan kalimat itu.

"Saya pun mencintaimu, Bu,semoga Allah mencintai Ibu". Dalam hati duh, tidak mungkin saya hadiahkan qur'an saya yang sudah lusuh dan ada beberapa bagian yang robek kepadanya. sementara di dalam tas saya cuman ada tissu, hp dan dompet yang isinya tak seberapa (uang rupiah pula).

Tiba-tiba Ibu itu mengangsurkan tissu ke muka saya,menghapus air mata saya dan berkata,

"Karena kita saling mencintai karena Allah, insyaAllah kita akan bertemu lagi di surgaNya kelak, insyaAllah"

Sebelum berpisah, diciumnya saya 3 kali, pipi kanan, kiri dan kening saya.

Ya Allah...ijinkanlah saya bertemu dengan beliau, di satu waktu dan kesempatan yang lain. Saya cium Al Qur'an cetakan mesir pemberiannya. Dalam diam saya merindukannya.

Kertas Putih
Kisah Nyata, di sudut Masjid
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Translate

English French German Spain Russian Korean Arabic Chinese Simplified
 
Support : Tim Media Pemuda PUI
Copyright © 2014. PEMUDA PUI - All Rights Reserved