Islamedia - Mayoritas kredit perbankan syariah di Indonesia disalurkan ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Ini berarti potensi pengembangannya masih besar dengan keberpihakan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa perbankan syariah mempromosikan stabilitas keuangan dan lebih tahan krisis.
Pandangan tersebut mengemuka pada hari kedua Seminar Promoting Financial Stability Through Effective Islamic Deposit Insurance Coverage yang digelar Islamic Deposit Insurance Group dan Lembaga Penjamin Simpanan di Yogyakarta, Selasa (27/11/2012).
Direktur Eksekutif Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia Edy Setiadi menyatakan, pertumbuhan aset perbankan syariah secara nasional tetap tinggi bahkan lebih tinggi daripada pertumbuhan aset perbankan syariah secara global. Dalam dua-tiga tahun terakhir, pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai 36 persen per tahun.
�Pertumbuhan kredit pada September 2012 mencapai 40 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Fokus penyaluran kredit ke sektor UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah),� kata Edy.
Perbankan syariah juga dinilai lebih tahan krisis. Hal itu mengingat paparan risiko ke sektor finansial global kecil. Dari data BI, misalnya, rasio kecukupan modal perbankan syariah stabil di kisaran 15 persen pada September 2012. �Tingkat pembiayaan bermasalahnya juga tetap menurun karena analisis yang lebih baik,� kata Edy.
Menurut Wakil Presiden Bank Mandiri Syariah Eka B Danuwirana, kekhasan melingkupi perkembangan perbankan syariah nasional dibandingkan dengan perkembangan di kawasan lain secara global. Di jazirah Arab, perbankan syariah berkembang karena kelebihan likuiditas, sementara di Malaysia karena dukungan utama pemerintahnya. Di Indonesia, perbankan syariah berkembang karena kebutuhan masyarakat.
Aset perbankan syariah Rp 200 triliun atau 5 persen dari total aset perbankan nasional sebesar Rp 4.000 triliun. [BEN/kompas]
Pandangan tersebut mengemuka pada hari kedua Seminar Promoting Financial Stability Through Effective Islamic Deposit Insurance Coverage yang digelar Islamic Deposit Insurance Group dan Lembaga Penjamin Simpanan di Yogyakarta, Selasa (27/11/2012).
Direktur Eksekutif Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia Edy Setiadi menyatakan, pertumbuhan aset perbankan syariah secara nasional tetap tinggi bahkan lebih tinggi daripada pertumbuhan aset perbankan syariah secara global. Dalam dua-tiga tahun terakhir, pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai 36 persen per tahun.
�Pertumbuhan kredit pada September 2012 mencapai 40 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Fokus penyaluran kredit ke sektor UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah),� kata Edy.
Perbankan syariah juga dinilai lebih tahan krisis. Hal itu mengingat paparan risiko ke sektor finansial global kecil. Dari data BI, misalnya, rasio kecukupan modal perbankan syariah stabil di kisaran 15 persen pada September 2012. �Tingkat pembiayaan bermasalahnya juga tetap menurun karena analisis yang lebih baik,� kata Edy.
Menurut Wakil Presiden Bank Mandiri Syariah Eka B Danuwirana, kekhasan melingkupi perkembangan perbankan syariah nasional dibandingkan dengan perkembangan di kawasan lain secara global. Di jazirah Arab, perbankan syariah berkembang karena kelebihan likuiditas, sementara di Malaysia karena dukungan utama pemerintahnya. Di Indonesia, perbankan syariah berkembang karena kebutuhan masyarakat.
Aset perbankan syariah Rp 200 triliun atau 5 persen dari total aset perbankan nasional sebesar Rp 4.000 triliun. [BEN/kompas]
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !