Islamedia - Skenario perang terorisme terus mengalami �kemajuan�, kalau dulu tembak di tempat, dikepung, lewat sosial media, sekarang diarahkan agar terjadi konflik horisontal. Seperti yang terjadi pada dua peristiwa berikut: Penutupan Pesantren Tahfidzul Qur�an Darul Akhfiya di Kertosono dan Penggeroyokan atas Ustadz Khoiron di Mbanon Sukorejo Kendal.
Menanggapi hal ini Son Hadi, Juru bicara Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) mengatakan, Kedua peristiwa itu bukanlah sebuah kejadian yang kebetulan melainkan ada kesamaan pola yang sistemik yaitu menggunakan isue-isue terorisme, syariat Islam untuk memprovokasi dan �Siasat adu domba yang berujung pada bentrokan yang seolah-olah ada konflik antara warga dan aktifis muslim,� ungkapnya.
Son Hadi mengungkapkan, sampai saat ini kegiatan belajar mengajar di Pesantren Darul Akhfiya dihentikan. �Padahal sudah ada penjelasan dari pihak Polri bahwa pesantren tersebut tidak terkait dengan terorisme,� bebernya dalam keterangan pers hari Rabu [28/11/2012]
Mengenai Peristiwa Penggeroyokan Terhadap Ustadz Khoiron, pada Jumat malam (23/11/2012) di Mbanon, Desa Mbanteng Sari, Sukorejo Kendal Jawa Tengah, Jamaah Ansharut Tauhid menyampaikan, Fakta di lapangan menjelaskan bahwa mereka yang mengatasnamakan warga sebenarnya adalah orang-orang yang dibayar. �Tidak dikenal sebagai warga yang berdomisili disekitar TKP,� jelas Son Hadi.
JAT berharap kepada segenap elemen Islam terutama, ulama, tokoh masyarakat dan umat mencermati pola provokasi ini. Umat harus jeli memperhatikan adu domba semacam ini, karena ini bisa jadi pemicu konflik horisontal yang lebih luas dan tentunya yang akan jadi korban adalah umat Islam.
�Ingat pembunuhan Kiai, pengurus masjid, guru ngaji di daerah tapal kuda Jawa Timur era 1998 dengan isu dukun santet, menurut tim investigasi NU korban tewas mencapai 253 orang,� katanya mengingatkan.[sabili]
Menanggapi hal ini Son Hadi, Juru bicara Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) mengatakan, Kedua peristiwa itu bukanlah sebuah kejadian yang kebetulan melainkan ada kesamaan pola yang sistemik yaitu menggunakan isue-isue terorisme, syariat Islam untuk memprovokasi dan �Siasat adu domba yang berujung pada bentrokan yang seolah-olah ada konflik antara warga dan aktifis muslim,� ungkapnya.
Son Hadi mengungkapkan, sampai saat ini kegiatan belajar mengajar di Pesantren Darul Akhfiya dihentikan. �Padahal sudah ada penjelasan dari pihak Polri bahwa pesantren tersebut tidak terkait dengan terorisme,� bebernya dalam keterangan pers hari Rabu [28/11/2012]
Mengenai Peristiwa Penggeroyokan Terhadap Ustadz Khoiron, pada Jumat malam (23/11/2012) di Mbanon, Desa Mbanteng Sari, Sukorejo Kendal Jawa Tengah, Jamaah Ansharut Tauhid menyampaikan, Fakta di lapangan menjelaskan bahwa mereka yang mengatasnamakan warga sebenarnya adalah orang-orang yang dibayar. �Tidak dikenal sebagai warga yang berdomisili disekitar TKP,� jelas Son Hadi.
JAT berharap kepada segenap elemen Islam terutama, ulama, tokoh masyarakat dan umat mencermati pola provokasi ini. Umat harus jeli memperhatikan adu domba semacam ini, karena ini bisa jadi pemicu konflik horisontal yang lebih luas dan tentunya yang akan jadi korban adalah umat Islam.
�Ingat pembunuhan Kiai, pengurus masjid, guru ngaji di daerah tapal kuda Jawa Timur era 1998 dengan isu dukun santet, menurut tim investigasi NU korban tewas mencapai 253 orang,� katanya mengingatkan.[sabili]
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !