Headlines News :
Home » » Muktamar untuk Konsolidasi Nasional Kader PUI

Muktamar untuk Konsolidasi Nasional Kader PUI

Written By Unknown on Jumat, 23 Januari 2015 | 00.37



PERHELATAN muktamar Persatuan Umat Islam (PUI) ke-13 yang akan dihelat di Palembang-Sumatera Selatan adalah bukti progresifitas salah satu organisasi berbasis massa Islam tertua terus berjalan. Bahwa basis kader PUI sedang menancapkan pondasinya di bumi Sriwijaya. Tentunya itu adalah catatan sejarah yang sedang dilukis kembali oleh PUI sebagai organisasi kader militan. Kader-kader terbaik tengah berpendar dan menyebar sebagai agen perubahan ummat dan bangsa.

Dalam konteks itu, sebagai Ketua Umum  PUI saya perlu memberikan respon serta catatan terhadap penyelenggaraan Muktamar ke-13 kali ini.

 

Seputar Muktamar ke-13

Tema muktamar kali ini adalah “Menuju Indonesia Unggul, Mandiri dan Bermartabat. Tema ini tentunya sebuah tema besar dimana konsolidasi PUI dimatangkan, baik yang bersifat internal (baca: konsolidasi ke dalam) maupun penguatan gagasan PUI dalam mewujudkan Indonesia yang unggul, mandiri dan bermartabat di depan.

Diantara yang menjadi prioritas ke depan adalah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) muslim yang unggul. Al-Qur’an sendiri menegaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik. Nama lain untuk umat terbaik adalah manusia unggul, yang bermakna memiliki kelebihan dari umat yang lain. Ciri umat terbaik (baca: unggul) adalah berperan aktif dalam beramar ma’ruf sekaligus dalam menegasikan kemungkaran. Pada saat bersamaan juga memiliki sikap teguh dan sungguh dalam memperkuat penghambaan kepada Allah semata.  

Muktamar kali ini sendiri bertempat di Palembang. Ini tentu merupakan Muktamar yang sangat menyejarah dalam perjalanan PUI. Menyejarah, sebab selama hampir seabad berjalan, PUI selalu mengadakan serupa di pulau Jawa, terutama di Jawa Barat. Bagaimanpun, perlu disadari bahwa Jawa Barat merupakan tempat dimana PUI dilahirkan sekaligus propinsi terbesar yang menjadi salah satu basis massa PUI.

Sebetulnya penyebaran PUI secara personal, termasuk para dai, para alumni PUI dari berbagai madrasah atau sekolah berbasis PUI sudah berlangsung sejak lama ke seluruh penjuru Indonesia. SalahTapi memang satu tantangannya adalah belum terkonsolidasikan secara masif.

Untuk itu untuk agenda Muktamar kali ini merupakan upaya PUI untuk mengkonsolidasikan dirinya, baik yang berada di Palembang maupun yang berada di seluruh penjuru negeri bermayoritas muslim ini. Ini merupakan upaya serius dan masif PUI untuk “membesarkan” dirinya, sekaligus untuk memperluas daya manfaatnya bagi publik-bangsa juga negara.

Sebagai inspirasi dan motivasi, tak sedikit kader PUI yang sudah memberikan peran terbaik dalam mengembangkan PUI di Palembang, seperti saudara Yuswar (Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Sumatera Selatan) dan saudara Fikriyanto. Mereka merupakan aktivis KAMMI yang sudah berpetualang di Jawa Barat. Sebagai kader yang berpijak pada sistem organisasi yang stabil dan sistem organisasi yang modern, maka harapannya mereka yang memiliki pengalaman serupa ketika kelak kembali ke daerah, mereka bisa “melebarkan” saya PUI sekaligus mampu mengkonsolidasikan seluruh kekuatannya.  

 

Agenda ke Depan

Dalam konteks yang lebih strategis, pekerjaan besar PUI dalam jangka waktu 5 tahun ke depan adalah menyiapkan manusia-manusia unggul yaitu manusia yang mampu memahami PUI sekaligus menjalankan agenda strategis dakwah serta perjuangannya ke seluruh pelosok nusantara.

Untuk saat mesti diakui bahwa PUI masih fokus menguatkan konsep ideologi sekaligus mengaktualisasikannya agar mampu dipahami (baca: membumi) oleh masyarakat bangsa. Itulah yang dalam konsepsi ideologi PUI tercantum dalam Intisab dan Isahus Tsamaniyah. Sebab inti keberadaan PUI adalah bagaimana PUI mampu menginternalisasi ideologi tersebut, lalu mengimplementasikannya dalam kehidupan berjamaah (baca: organisasi) dan bermasyarakat serta bernegara.

Lebih khusus, pada periode lima tahun ke belakang hingga 2014 ini, rumusan-rumusan ideologi PUI sudah mulai terumuskan dengan baik. Hal ini dapat dipahami, misalnya, hadir atau diterbitkannya berbagai buku yang menjelaskan ideologi dan khittoh perjuangan PUI. Contohnya, buku Risalah Intisab, Syarah Intisab, Panduan Islahus Tsamaniyah, dan Panduan Kaderisasi PUI. Buku-buku inilah yang mesti dimiliki, dibaca dan diinternalisasi dalam jiwa seluruh kader dan struktur PUI.

Secara simultan PUI akan terus melakukan aktualisasi doktrinnya yang lebih implementatif, sebab zaman selalu menuntut agar PUI dinamis dalam berhadapan dengan berbagai tantangan dakwah atau perjuangannya.

Ke depan tentu saja PUI tetap memiliki stok pekerjaan yang mesti ditunaikan dengan segera. Di sini PUI perlu “dipaksa” untuk terus melakukan proses ijtihad oragnisasinya termasuk dalam merumuskan langkah-langkah amaliah PUI, baik dari segi pemikiran maupuan pengamalan kader juga strukturnya. Sederhananya, PUI akan terus berpacu dalam memperkuat basis kaderisasi sebagai sarana internaslisasi berbagai pemikiran dakwahnya melalui sekolah, perguruan tinggi serta proses kaderisasi khas PUI.

Kalau ditelisik, maka dari tahun ke tahun kita akan menemukan bagaimana PUI melakukan pematangan organisasinya. Hal ini bisa dipahami dari  Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang mengalami perubahan bahkan penyempurnaan yang cukup baik. Sekadar contoh, kini PUI memiliki sistem modern tersendiri dalam mementukan pemimpinnya, seperti melalui Majlis Syuro (Ahlul Halli wal ‘Aqdi) atau keterwakilan. Dalam Islam, ahlu halli wal a’qdi merupakan salah satu terobosan pembaharuan dalam menghadirkan kepemimpinan.

Dalam konteks PUI juga begitu, sebagai ormas Islam PUI menghadirkan dirinya sebagai aplikator prinsip dan nilai-nilai Islam, tak terkecuali dalam memilih pemimpinnya. Semoga dengan ketegasan sikap semacam ini membuat kader PUI bahkan umat Islam Indonesia semakin yakin bahwa Islam sangat mungkin dan mudah dipraktikkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di negeri dengan latar manusia yang heterogen ini.

 

Tengoklah Sejarah, Buatlah Sejarah Baru  

Lebih jauh, pada sudut yang lain, selain menginternalisasi Islam PUI juga mampu mengeksternalisasikan Islam dalam wadah negara bernama Indonesia. Itulah yang saya sebut dengan PUI untuk Indonesia.

Pada dasarnya PUI sebagai organisai dakwah yang bergulat pada bidang pendidikan dan sosial sejak awal sesungguhnya sudah menyiapkan SDM yang bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk bangsa dan negara. Sekadar contoh, tiga pendiri PUI seperti KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi, dan Mr. Syamsudin. Ketiganya bukan saja sebagai pendiri PUI, tetapi sekaligus pendiri republik ini. Ketiganya merupakan anggota BPUPKI, yang kemudian oleh negara (baca: pemerintah) diberi penghargaan sebagai perintis kemerdekaan.

KH. Abdul Halim mendapat penghargaan tertinggi sebagai pahlawan nasional karena sebagai pendiri republik atau anggota BPUPKI. Sedangkan KH. Ahmad Sanusi dan Mr. Syamsudin diakui oleh sejarah bahwa keduanya turut andil dalam pembentukan bangsa ini menjadi negara. Kita tentu berharap agar pemerintah memberikan penghargaan pahlawan juga kepada keduanya. Bukan untuk tujuan “penghargaan” semata, tapi sebagai upaya kolektivisme kebangsaan dalam menghargai jasa-jasa para pendahulu.

Ya, dalam sejarah kita dapat memahami bahwa tokoh-tokoh PUI punya kontribusi besar untuk negeri ini. KH. Abdul Halim adalah pendiri dan anggota Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi). Kemudian, Azis Halim dan KH. Zaenal Abidin pernah manjadi angota DPR RI dari PPP.

Tidak itu saja, saya sendiri masuk DPR RI melalui Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk periode 2009-2014 dan sekarang periode 2014-2019. Kemudian Zaky Siradj anggota DPR RI (2014-2019) dari Golkar; KH. Anwar Saleh anggota DPR RI dari PBB; Karna Sobahi Wakil Bupati Majalengka-Jawa Barat dari PDIP; Ahmad Heryawan Gubernur Jawa Barat dari PKS dan sebagainya. 

Jadi, pada akhirnya proses kaderisasi dalam tubuh PUI mampu melahirkan pemimpin publik-negara. Proses kaderisasi PUI yang semakin modern bahkan telah mentransformasi PUI dari sekadar organisasi yang bisa menghadirkan kader yang mampu memimpin ormas menjadi organisasi yang menghadirkan kader yang mampu memimpin negara.

Sungguh, sumber inspirasi perjuangan dakwah yang diemban PUI adalah sang nabi tercinta Muhammad Saw. dan para sahabatnya. Dimana bukan saja mampu memimpin umat Islam tapi juga mampu memimpin umat manusia seluruhnya. Hal itu sudah pernah dilakoni oleh para pendahulu PUI sebagaimana yang dicatat oleh tinta sejarah negeri ini. Maka kini, generasi penerus PUI mesti mampu melakukan kerja-kerja sejarah semacam itu bahkan lebih luar biasa dari itu. Muktamar ke-13 kali ini adalah ruang sekaligus kesempatan terbaik bagi PUI untuk mengkonsolidasikan seluruh potensinya demi menghadirkan sejarah baru. Semoga saja begitu! [] 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Translate

English French German Spain Russian Korean Arabic Chinese Simplified
 
Support : Tim Media Pemuda PUI
Copyright © 2014. PEMUDA PUI - All Rights Reserved